Perkembangan Bahasa Arab Sebagai Media Komunikasi Di Indonesia
Meski
pola belajar bahasa Arab pada bentuk kedua di atas adalah kekuatan yang
dominan di berbagai pesantren Salaf sampai sekarang, dan mengakui
kontribusinya dalam memberikan pemahaman tentang umat Islam Indonesia
terhadap ajaran agamanya, namun menuntut dunia komunikasi, Pada gilirannya, membawa perubahan baru dalam pola pembelajaran bahasa Arab.
Interaksi antar bangsa mengharuskan umat Islam untuk tidak hanya memiliki kemampuan berbicara bahasa Arab reseptif (pasif), tapi kemampuan bahasa lebih aktif dan produktif agar Bahasa Arab Sebagai Media Komunikasi bisa berfungsi dengan baik. Semangat reformasi diperkuat dengan munculnya cendekiawan muda dan intelektual muda dengan nuansa pemikiran segar. Setelah kembali dari belajar di negara mereka pusat pendidikan di Timur Tengah, khususnya Mesir.
Baca juga info : info kursus bahasa arab mudah
Interaksi antar bangsa mengharuskan umat Islam untuk tidak hanya memiliki kemampuan berbicara bahasa Arab reseptif (pasif), tapi kemampuan bahasa lebih aktif dan produktif agar Bahasa Arab Sebagai Media Komunikasi bisa berfungsi dengan baik. Semangat reformasi diperkuat dengan munculnya cendekiawan muda dan intelektual muda dengan nuansa pemikiran segar. Setelah kembali dari belajar di negara mereka pusat pendidikan di Timur Tengah, khususnya Mesir.
Selama periode ini metode langsung (direct method / al-tariqa al-mubasyirah) mulai diterapkan dalam belajar Bahasa Arab Sebagai Media Komunikasi di indonesia. Mengajar bahasa Arab ada tiga bentuk di berbagai pesantren atau institusi pendidikan Islam modern sejak awal abad ke-20 19. Dimulai di Padang Panjang oleh ulama Abdullah Ahmad, Madrasah Adabiyah (1909), dua bersaudara al-Yunusi Zaenuddin Labay Labay dan el- Rahmah Yunusiyah, Diniyah Putra (1915) dan Putri Diniyah (1923), dan ulama Mahmud Yunus, Sekolah Normal (1931).
Baca juga info : kursus
bahasa arab di pare
Kemudian dikembangkan oleh K.H. Imam Zarkasyi di Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah Gontor Ponorogo. Dalam bentuk ketiga dari sistem pengajaran Bahasa Arab Sebagai Media Komunikasi ini, pengajaran agama di tahun pertama diberikan sebagai pelajaran dasar dalam bahasa Indonesia.
Sementara itu, sebagian besar perhatian dikhususkan untuk pelajaran bahasa Arab siswa dengan metode langsung dengan jalan Bahasa Arab Sebagai Media Komunikasi. Pada
tahun kedua, ilmu tata bahasa Arab (Nahwu-sharaf) mulai diberikan dalam
bahasa Arab dengan metode induktif (al-tariqa al-istiqra'iyah),
ditambah dengan latihan intensif qira'ah (bacaan), insya '( menulis), dan muhadatsah (berbicara / percakapan). Studi agama juga disajikan dalam Bahasa Arab Sebagai Media Komunikasi. Dalam
masa studi enam tahun (pasca sekolah dasar), lulusan perguruan tinggi
Muslim modern (setara dengan lulusan SMA / SMA) telah dapat
berkomunikasi dengan bahasa Arab secara lisan dan tulisan, dan dapat
membaca buku-buku berbahasa Arab dalam berbagai mata pelajaran pengetahuan.
Baca juga info : kursus
bahasa arab
Selama
perkembangannya, belajar bahasa Arab di universitas Islam modern tidak
hanya menggunakan metode langsung namun mengikuti reformasi yang terjadi
dalam dunia pembelajaran bahasa, seperti metode aural-oral (al-tariqa
al-al-syafawiyah sam'iyah) dan pendekatan komunikatif (al-tariqa al-itthishaliyah).
Komentar
Posting Komentar